Rabu, 08 Januari 2014

Pemetikan dan Penanganan Budidaya Semangka Setelah Panen

Tanaman semangka sudah menghasilkan buah setelah berumur 70 sampai 100 hari sejak ditanam di areal penanaman, tergantung dari kondisi cuaca dan jenis bibit yang ditanam. Tanaman yang berbuah serempak dapat dipanen sekaligus, tetapi tanaman yang berbuah tidak bersamaan biasanya dipetik dua kali. Pada pemetikan pertama dipilih buah yang sudah tua. Pada pemetikan kedua semua buah dipetik, sebab dedaunan tanaman sudah mengering dan buah sudah tidak bisa berkembang; dapat dipetik pula pada kesempatan ketiga, yakni beberapa hari kemudian, kalau memang memungkinkan.

PEMETIKAN HASIL
Buah yang sudah tua, ketika dipetik warna daging buahnya masih berwarna muda. Tetapi setelah dua hari, daging buah akan bertambah tua warnanya, tetapi berat buah akan sedikit mengalami penyusutan. Biasanya petani menjual langsung setelah buah dipetik kepada tengkulak di tempat panenan berlangsung. Buah ditimbang menggunakan timbangan gantung setelah di­pilih berdasarkan kelas buah, yang dibagi menjadi:

  • Kelas A
    Buah berukuran 4 kg ke atas, berbentuk sempurna menurut jenis bibitnya, tidak cacat ataupun keropos.
  • Kelas B
    Buah berukuran 2-4 kg berbentuk sempurna menurut jenis bibitnya, tidak cacat; buah berukuran 4 kg ke atas yang mengalami kelainan bentuk ataupun cacat yang masih dalam batas toleransi
  • Kelas C (Unyil)
    Buah berukuran di bawah 2 kg, buah cukup masak dan baik dikonsumsi.
  • Kelas D atau klas bekas sortiran (BS)
    Buah segala ukuran yang merupakan buah yang cacat di luar batas toleransi masing-masing kelas, tetapi masih laik dikonsumsi.
  • Kelas buah yang tidak baik dikonsumsi, karena busuk, mentah dan sebab-sebab lainnya.
Pemetikan buah dilakukan pada saat cuaca indah dan cerah, tidak berawan sampai buah terpetik dalam kondisi kering permukaan kulit buahnya, supaya tahan disimpan beberapa lama di tingkat pengecer. Pekerjaan pemetikan buah, perlu memperhatikan beberapa aspek, yakni:

1. Kematangan buah
Buah semangka yang sudah tua (matang) harus segera dipetik supaya tidak terjadi penyusutan berat dan mutu. Tanda-tanda buah siap dipetik adalah:
  • Tangkai buah mengecil, hingga terlihat tidak sesuai dengan ukuran buah tersebut. Tangkai seperti itu sudah tidak berbulu, dan biasanya cenderung bergaris-garis coklat yang dalam beberapa waktu makin dominan.
  • Warna buah mengkilat.
  • Sulur pada bagian pangkal buah kecil dan mengering.
  • Bagian buah yang terletak di atas landasan berubah warna dari putih menjadi kuning tua.
  • Bila ditepuk, buah yang telah tua cenderung mengeluarkan nada tinggi. Cara seperti ini harus dilakukan hati-hati, sebab pada semangka jenis tertentu mudah sekali retak kulit buahnya.
2. Cara pemetikan
Buah yang dipetik sekaligus dapat langsung dipotong dengan gunting pada tangkai buah sejarak 7 cm dari buah. Buah yang direncanakan dipetik bertahap dipilih yang benar-benar tua, kemudian dipetik seperti cara di atas

3. Cara pengangkutan
* Dari areal penanaman menuju ke tempat penimbangan
Apabila areal penanaman terletak di tengah-tengah lingkungan persawahan sehingga kendaraan pengangkut tidak bisa mencapai areal penanaman, buah diangkut dengan menggunakan bakul yang diberi alas jerami kering kemudian digendong ataupun dipikul menuju ke tempat penimbangan.

* Dari lokasi penanaman menuju ke tempat penampungan
Buah yang telah ditimbang disusun pada lantai kendaraan yang telah dilapisi jerami kering setebal 10-15 cm. Tinggi susunan maksimum 7 buah, dengan pelapisan jerami kering pada setiap buah. Posisi buah mendatar (horizontal).

4. Cara penyimpanan
* Di dalam ruangan berpengatur suhu
Buah diletakkan horizontal pada rak-rak di dalam ruangan pendingin; diatur sedemikian rupa sehingga buah yang lebih dulu masuk akan lebih dulu dijual. Kelembaban di dalam ruangan diatur pada angka kisaran 80%-85%, suhu ruangan (kamar pendingin) 4,4 °Celcius (sekitar40 derajat Fahrenheit).

* Di dalam ruangan tanpa pengatur suhu
Pada ruangan penyimpan demikian, jerami sebagai alas lantai harus benar-benar kering, supaya tidak menyebabkan kebusukan pada buah akibat kelembaban dari jerami basah. Sirkulasi udara (ventilasi) harus terjamin; tidak terkena sinar matahari dan bersih dari hama pengganggu. Buah yang akan disimpan masih segar, tidak berlubang hingga mengeluarkan cairan, kulit buah kering benar.

Buah disusun horizontal maksimum 3 buah, dengan lantai yang diberikan alas jerami kering setebal 10-15 cm dan sedikit jerami kering yang disisipkan pada setiap susunan buah.

* Perlakuan khusus
Buah yang tangkainya sudah terlihat membusuk karena terlambat dipetik karena cuaca yang tidak mendukung (sering hujan misal nya), dikelupas dengan menggunakan pisau tajam yang direndam dengan fungisida atau bakterisida sebelum digunakan.

Tangkai buah yang melekat pada buah dipotong sampai bersih, kemudian buah dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering rambut (hair dryer) beberapa menit untuk mcncegah perambatan bakteri pembusuk yang mungkin akan menyebabkan busuknya buah.

B. PENANGANAN PASCAPANEN
Kebanyakan petani semangka produktif akan kembali mengolah lahan yang telah dipanen untuk ditanami kembali dengan tanaman yang sama. Ternyata hasil panenan kedua pun tidak kalah bagusnya dengan hasil panenan periode sebelumnya, malahan biaya yang dikeluarkan lebih rendah daripada biaya yang dikeluarkan pada penanaman periode sebelumnya. Hal tersebut dapat terjadi karena:
  • Biaya yang harus dikeluarkan untuk pengujian lahan tidak perlu diadakan.
  • Biaya pembuatan bedengan dapat dihemat karena pada periode penanaman kedua, bedengan yang telah ada hanya sedikit dirombak. Biaya bahan-bahan penanaman dan obat dapat dihemat, karena
    ada kemungkinan bahwa obat dan bahan sisa dari penanaman periode I yang kurang bagus justru menjadi lebih bagus pada musim tanam tahun berikutnya.
  • Secara tidak langsung, waktu yang dibutuhkan untuk persiapan penanaman periode II lebih singkat, sehingga biaya sewa tanah dapat dihemat.
Sebelum memutuskan relokasi penanaman periode II, relokasi itu sendiri perlu kita pertimbangkan:
  • Apakah hasil panen periode I setelah dievaluasi ternyata memberikan keuntungan? Kalau mengalami kegagalan hingga rugi, maka perlu dicari penyebabnya. Bila kerugian terjadi karena faktor teknis yang sifatnya bukan karena kondisi lingkungan ataupun keadaan tanah pada areal tersebut, maka relokasi itu bias dilakukan untuk penanaman periode II
  • Apakah diperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk penanaman sampai panen periode II masih cukup, artinya belum datang musim penghujan. Aspek ini boleh kita abaikan, sebab banyak petani yang tetap menanam tanaman semangka di musim hujan dan hasilnya bagus sehingga buah semangka tersedia di pasaran di sepanjang tahun.
Bila kedua aspek di atas telah kila teliti dan hasilnya ternyata menunjang relokasi tahap II, kita dapat mengupayakan relokasi ini. Tahap-tahap pengerjaan relokasi adalah sebagai berikut:

1. Bentuk bedengan dirombak untuk memindahkan baris tanam
Bedengan perlu diubah sedemikian rupa hingga baris tanam tetap berada di tepi bedengan, tetapi dengan tanah baru yang pada periode penanaman I belum mengalami tahap pemupukan dasar, sehingga dapat diharapkan kandungan unsur-unsur tanah "baru" ini masih lengkap.

Bedengan yang dapat dirombak untuk relokasi penanaman periode II ini hanya bedengan yang mengikuti pola bentuk:
* Bedengan tunggal dengan baris tanam ganda
Tata cara perombakan bedengan, ditunjukkan pada berikut ini:

Bentuk bedengan pola bedengan tunggal berbaris tanam ganda
Bentuk bedengan pola bedengan tunggal berbaris tanam ganda

Dari gambar di atas, tampak bagian tengah bedengan digali menjadi selokan drainase sekaligus jalan perawatan. Tanah bekas galian tersebut digunakan untuk menimbun saluran drainase lama hingga terbentuk bedengan baru dengan as tengah menempati bekas saluran drainase yang lama (periode tanam pertama).

* Bedengan dengan pola bentuk tunggal dan berbaris tanam tunggal
Pola bentuk bedengan demikian paling mudah dikerjakan kembali, karena tidak perlu dilakukan perombakan tetapi cukup dengan pembalikan arah pertumbuhan tanaman atau pemindahan baris tanam pada sisi bedengan.

Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut ini:

Bentuk bedengan pola bedengan tunggal berbaris tanam tunggal
Bentuk bedengan pola bedengan tunggal berbaris tanam tunggal
* Bedengan yang menggunakan turus dan rak buah
Sebaiknya jangan ditanami kembali setelah periode tanam I dipetik hasilnya, sebab kita tidak bisa memindahkan baris tanam pada daerah "baru" yang belum terjamah oleh akar tanaman pada periode penanaman sebelumnya. Bila diinginkan penanaman kembali, tanah harus diaduk sedemikian rupa seperti tahapan pengerjaan lahan pada periode tanam I.

Pemaksaan perombakan bedengan untuk relokasi tanam periode II mempunyai risiko kegagalan panen yang cukup besar. Untuk tujuan komersial, cara pengerjaan bedengan seperti ini tidak menguntungkan. Oleh sebab itu lebih baik mencari lokasi baru ataupun merombak total lahan tersebut seperti proses pembukaan lahan baru

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting