Senin, 30 Desember 2013

Syarat Tumbuh Budidaya Semangka

Setiap tanaman, termasuk tanaman semangka, menghendaki persyaratan khusus untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Persyaratan tersebut menyangkut beberapa aspek. antara lain: keadaan tempat (letak geografis), keadaan tanah, dan keadaan iklim.

Syarat Tumbuh Budidaya Semangka

A. KEADAAN TEMPAT (LETAK GEOGRAFIS)
Tempat yang akan kita jadikan lahan budidaya semangka harus kita pertimbangkan sungguh-sungguh agar usaha tersebut tidak sia-sia. Hal-hal yang perlu kita pertimbangkan berkaitan dengan keadaan tempat menyangkut beberapa aspek seperti di bawah ini:

1. Ketinggian tempat
Yang dimaksud dengan ketinggian tempat adalah ketinggian lokasi yang akan kita jadikan areal penanaman semangka tersebut dari permukaan laut. Untuk mengetahui ketinggian tempat yang akan kita jadikan areal penanaman semangka tersebut dapat memakai alat yang disebut altimeter, atau dapat ditanyakan langsung pada Balai Pertanian setempat.

Ketinggian tempat yang ideal untuk tanaman semangka adalah 100-300 meter di atas permukaan laut. Walaupun idealnya demikian, pada kenyataannya tanaman semangka dapat juga ditanam di daerah dekat pantai yang ketinggiannya kurang dari 100 meter di atas permukaan laut. Demikian juga di daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 300 meter di atas permukaan laut pun masih dapat ditanami semangka.

2. Tempat yang strategis
Tempat yang dipilih untuk areal tanaman semangka hendaknya dekat jalan yang dapat dilewati kendaraan bermotor agar memudahkan transportasi ke lokasi tanaman semangka. Tetapi lokasi tersebut sebaiknya agak jauh dari tempat pemukiman penduduk agar areal tanaman semangka mendapat sinar matahari yang cukup, tidak menjadi tempat untuk bermain anak-anak dan tidak terganggu oleh binatang piaraan seperti ayam, bebek, enthok, kambing dan lain-lainnya.

3. Saluran irigasi yang baik
Areal tanaman semangka yang luas mutlak membutuhkan saluran irigasi yang baik. Dengan saluran irigasi yang baik kita dapat dengan mudah mengalirkan air ke areal pertanaman bila kita membutuhkan air atau membuangnya bila terlalu berkelebihan (menggenang).

4. Secara ekonomis murah
Bila lahan yang akan kita tanami semangka harus kita sewa dari orang lain, usahakan sewa yang ringan (murah) dengan jangka waktu seumur tanaman saja. Seandainya harus disewa untuk jangka waktu beberapa bulan. kita harus memperhitungkan biaya perombakan terhadap tanaman sebelumnya.

Biasanya petani semangka yang profesional lebih senang membuka areal baru dari pada menanami kembali areal yang habis dipanen. Alasannya adalah karena unsur hara di dalam tanah pada areal yang telah ditanami pasti telah berkurang sehingga membutuhkan biaya untuk pemupukan. Padahal tanaman semangka mutlak membutuhkan unsur hara yang lengkap. Kekurangan salah satu unsur hara yang pokok akan menurunkan mutu dan pertumbuhan tanaman dan buahnya.

B. KEADAAN TANAH
Setelah kita mempunyai pandangan areal yang kita nilai menguntungkan, kita perlu menilai keadaan tanah pada areal tersebut yang mencakup beberapa hal:

1. Sifat tanah
Tanah yang cocok untuk ditanami semangka adalah tanah yang porous (sarang) hingga mudah membuang kelebihan atau banyaknya air. Namun tanah-tanah yang terlalu mudah membuang air kurang baik pula untuk ditanami semangka, karena tanah demikian akan membutuhkan frekuensi penyiraman yang lebih sering, hingga menambah tenaga untuk melakukan penyiraman. Sebaliknya, tanah yang terlalu padat ataupun menyerap dan menyimpan air sama sekali tidak cocok untuk ditanami tanaman semangka karena sistem perakaran tanaman semangka tidak tahan terhadap genangan air dan mudah menjadi busuk karenanya, kemudian tanaman akan mati.

2. Kondisi tanah
Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yang cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah mati ataupun tanah asam. Tanah kebun ataupun persawahan (yang biasa ditanami padi) selelah dikeringkan bisa ditanami semangka asal semua persyaratan terpenuhi. Tanah asam dapat dibedakan dengan mudah apabila di permukaan tanah demikian tumbuh rumput alang-alang yang subur. Sebenarnya tanah asam pun dapat ditanami semangka, tetapi membutuhkan biaya dan tenaga ekstra untuk mempersiapkannya. Tetapi apabila tanah demikian akan kita tanami semangka, maka kita upayakan pengolahan pendahuluan (yang akan dibicarakan kemudian) sebelum diolah lebih lanjut seperti tanah normal.

C. KEADAAN IKLIM
Setelah letak geografis dan keadaan tanah pada areal yang kita pilih memenuhi persyaratan, maka langkah terakhir sebelum kita memulai melakukan pengerjaan tanah adalah memperkirakan ataupun mencari data-data yang menyangkut keadaan cuaca ataupun faktor alam lainnya, dan faktor-faktor tersebut adalah:

1. Sinar matahari
Sinar matahari harus dapat mengenai seluruh areal penanaman sejak terbit sampai tenggelam. Intensitas pancaran sinar matahari ini erat kaitannya dengan suhu lingkungan.

Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 25° Celsius yang diukur pada siang hari. Minimnya sinar matahari dapat mengakibatkan terjadinya kemunduran waktu panen. Mengingat proses fotosintesis hanya dapat berlangsung sempurna bila matahari mengenai klorofil tanaman.

2. Kelembaban udara
Kelembaban udara sekeliling cenderung rendah apabila sinar matahari mampu menyinari areal penanaman. Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah mengakibatkan udara kering karena miskin uap air. Hal tersebut cocok untuk pertumbuhan tanaman se­mangka, sebab di daerah asalnya tanaman scmangka hidup di ling­kungan padang pasir yang berhawa kering. Namun kebalikannya, kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya jamur perusak tanaman.

3. Curah hujan
Sebenarnya di masa serba maju seperti sekarang ini, intensitas curah hujan dapat diabaikan apabila budidaya semangka tersebut kita lakukan dengan teknik-teknik tertentu (yang akan dibahas pada bagian berikutnya). Secara teoretis, curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 40-50 mm per bulan. Besarnya bilangan curah hujan setempat bisa ditanyakan pada Balai Pertanian ataupun Balai Meteorologi dan Geofisika setempat.

D. EVALUASI TAMBAHAN
Apabila sobat bermaksud mengusahakan penanaman tanam­an semangka sebagai hoby atau iseng semata bagian ini boleh diabaikan saja. Tetapi apabila tujuan penanaman semangka tersebut sifatnya komersial, sebaiknya hal-hal berikut ini diperhatikan:

1. Situasi tanaman di sekeliling areal
a. Perhatikan umur tanaman pada sekitar lahan yang akan ditanami, terlebih tanaman-tanaman musiman jenis lain. Sebaiknya lakukanlah penanaman secara serempak bersamaan waktunya dengan tanaman sejenis di sekitarnya untuk menghindari perpindahan hama dan penyakit dari kebun ataupun sawah tetangga kita, mengingat hama dan penyakit tanaman lebih menyukai lingkungan yang baru tumbuh tunas-tunas muda. Hama dan penyakit tersebut akan bermigrasi ke lahan kita kalau tanaman di lahan tetangga tersebut sudah mulai menguning.

b. Seringkali petani memanfaatkan pematang yang tersisa untuk ditanami dengan tanaman sayuran, kacang panjang misalnya. Sebaiknya kebiasaan seperti ini dihindarkan. Tidak jarang dengan tanaman demikian kita harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memberantas hama dan penyakit (terutama kutu daun) yang biangnya berasal dari tanaman pematang tadi. Apabila memang dibutuhkan tanaman penutup misalnya untuk pagar, pilihlah tanaman yang tidak disukai oleh hama dan penyakit dan juga tidak mengganggu tanaman yang kita usahakan, misalnya orok-orok (clorotaria anagywides).

2. Faktor keamanan
Upayakan suatu langkah terpadu untuk mengatasi gangguan yang bersifat teknis insidental, misalnya pencurian. Untuk itu seyogianya kita pilih daerah yang tidak sering dijadikan sasaran pencurian.

3. Faktor kebiasaan
Hindari penggunaan areal untuk penanaman semangka bilamana areal yang bersangkutan sering digunakan untuk memelihara ikan hingga kondisinya selalu basah. Biasanya tanah pada areal seperti itu telah banyak mengalami perubahan fisik sehingga kurang baik apa­bila ditanami semangka

Sabtu, 28 Desember 2013

Rahasia Cara Ternak Jangkrik Agar Sukses

Jangkrik merupakan salah satu serangga yang menarik untuk diperhatikan dan memiliki berbagai manfaat bagi manusia. Jangkrik terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia dan menjadi salah satu kekayaan hayati Indonesia. Berbagai jenis jangkrik telah diteliti oleh para pakar serangga yaitu diperkirakan terdapat kurang lebih 100 spesies jangkrik yang ada di Indonesia.

Jangkrik yang umum ditemui di Indonesia adalah jangkrik jeliteng, jerabang, bering, gangsir, dan jangkrik upa. Jangkrik telah lama dikenal sebagai serangga penghasil bunyi yang oleh sebagian orang digunakan untuk mengusir tikus. Zaman dahulu jangkrik ba-nyak sekali ditemukan di tempat-tempat sampah dan pada bongkah-an-bongkahan tanah, tetapi saat ini jangkrik telah sulit ditemukan di alam karena banyak diambil untuk berbagai kepentingan, baik untuk pakan binatang piaraan seperti burung berkicau, ikan hias, dan lobster maupun untuk komoditas ekspor.

Ternak Jangkrik
Picture by google
Kurangnya ketersediaan jangkrik di alam untuk kebutuhan manu­sia telah mendorong dilakukannya ternak jangkrik. Usaha beternak jangkrik harus direncanakan secara matang baik dari segi teknis maupun segi ekonomisnya. Segi teknis meliputi penyusunan jadwal kegiatan, pembuatan sarana produksi, dan penentuan lokasi, sedangkan segi ekonomis meliputi penyiapan anggaran dan survei pasar. Semua itu sudah Pak HaBe bagi-bagi artikelnya ke dalam beberapa postingan agar sobat sekalian gak pada bingung. Berikut adalah artikel-artikel terpilih yang bisa sobat baca:

  1. Sejarah dan Morfologi Jangkrik
  2. Manfaat dan Potensi Ternak Jangkrik
  3. Jenis-Jenis Jangkrik
  4. Perilaku dan Siklus hidup Jangkrik
  5. Lokasi dan Pembuatan Kandang Untuk Ternak Jangkrik
  6. Pemilihan dan Perawatan Jangkrik
  7. Pakan Alami dan Buatan untuk Ternak Jangkrik
  8. Peneluran dan Penetasan Jangkrik
  9. Pemanenan Ternak Jangkrik
  10. Proses Pemasaran dan Analisa Ekonomi Ternak Jangkrik


Usaha beternak jangkrik yang semula dilakukan hanya secara coba-coba, akhirnya melalui berbagai percobaan dan penelitian dapat ditemukan metode beternak yang mudah, praktis, dan dapat menghasilkan. Pada dasarnya beternak jangkrik tidak sulit untuk dilakukan dan bibitnya mudah diperoleh, baik dari alam maupun dari para peternak yang telah berhasil. Peternak yang sukses biasanya juga telah mempunyai persediaan telur baik untuk diternakkan lagi maupun un­tuk dijual.

Meskipun peternak jangkrik di Indonesia sudah banyak yang sukses namun kebutuhan jangkrik masih belum tercukupi dengan baik dan masih perlu ditingkatkan lagi terutama untuk menghasilkan produk yang lebih banyak lagi. Hal tersebut memberikan peluang bagi siapapun untuk menjadi peternak jangkrik baru yang sukses

Jumat, 27 Desember 2013

Proses Pemasaran dan Analisa Ekonomi Ternak Jangkrik

Secara garis besar proses beternak jangkrik dapat digambarkan seperti bagan berikut:

Bagan beternak jangkrik
Bagan beternak jangkrik

Pasar adalah pasar tradisional seperti pasar burung atau pasar nasional, yaitu pabrik kosmetik atau balai penelitian yang melakukan uji dengan menggunakan serangga atau pasar internasional yang pengiklanannya dapat melalui media internet. Pada bagan di atas terlihat bahwa setidaknya ada tiga komponen yang dapat dijual dari beternak jangkrik, yaitu telur, jangkrik muda (telendho), dan jangkrik dewasa (induk)

ANALISA EKONOMI
Kebutuhan jangkrik yang paling banyak di antara tiga komponen yang dapat dijual dari ternak jangkrik adalah menjual jangkrik muda (telendho), sedangkan untuk telur dan jangkrik dewasa sebagai induk kebutuhannya tidak terlalu banyak tetapi harga jualnya lebih tinggi. Di bawah ini adalah contoh analisis ekonomi beternak jangkrik untuk panen jangknk muda (telendho) dari 25 kandang pemeliharaan
MODAL

Analisa modal beternak jangkrik
Analisa modal beternak jangkrik
HASIL PRODUKSI
Hasii produksi dari satu kandang adalah:
1 x 2000 ekor @ Rp 50,00 = Rp 100.000,00

Jadi hasil produksi selama 50 hari pertama dari 25 kali panen adalah:
25 x Rp 100.000,00 = Rp 2.500.000,00

PENDAPATAN
Pendapatan peternak jangkrik selama 50 hari adalah:
Rp 2.500.000,00 - Rp 689.000,00 = Rp 1.811.000,00

Kamis, 26 Desember 2013

Pemanenan Ternak Jangkrik

Panen jangkrik dapat dilakukan pada tiga waktu yang berbeda, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

  • Panen pertama dapat dilakukan pada saat telur, yaitu produksi telur untuk dijual pada peternak lain. Panen jangkrik pada saat telur sangat menguntungkan dari segi waktu dan biaya karena tidak harus menunggu lama dan tanpa proses pemeliharaan jangkrik pradewasa.
  • Panen kedua ketika jangkrik masa pradewasa (jangkrik muda atau tefendho), yaitu umur 40-50 hari. Panen jangkrik pada masa pradewasa lebih menguntungkan dari segi waktu. Panen ketiga ketika jangkrik masa dewasa, yaitu umur 50-60 hari.
  • Panen jangkrik pada masa dewasa lebih menguntungkan dari segi harga, tetapi butuh waktu yang relatif lebih lama.

PANEN TELUR
Setiap dua hari sekali selama masa peneluran perlu dilakukan pemanenan telur. Panen telur dilakukan dengan cara mengambil pasir yang telah ada telurnya disaring sedikit demi sedikit sambii disiram air dengan harapan pasir akan jatuh menerobos saringan bersamaan dengan air sementara telur jangkrik akan tersangkut di atas saringan.

Telur yang tersaring
Telur yang tersaring

Telur-telur yang tersangkut pada saringan segera ditumpahkan di atas kain putih yang basah, apabila ada telur yang masih lengket pada saringan dapat diambil menggunakan kuas kecil.

Telur yang tersaring diletakkan di atas kain putih
Telur yang tersaring diletakkan di atas kain putih

Telur yang baik adalah telur yang berwarna kuning mengkilat dan terlihat segar serta tidak berbau dan berjamur.

Telur jangkrik yang sehat
Telur jangkrik yang sehat

Setiap satu sendok teh telur dibungkus dengan kain pu­tih basah. Kain yang digunakan sebagai bungkus harus mampu menyerap air untuk menjaga kelembapan.

Telur jangkrik dibungkus kain putih basah
Telur jangkrik dibungkus kain putih basah

Panen setiap dua hari perlu dilakukan secara rutin sampai semua jangkrik betina dewasa mati. Hasil panen telur jangkrik dapat langsung dijual atau ditetaskan lagi untuk digunakan sebagai bibit beternak jangkrik selanjutnya.

PANEN JANGKRIK MUDA DAN DEWASA
Cara panen jangkrik muda dan atau dewasa pada prinsipnya adalah sama, yaitu mengambil secara langsung jangkrik di daiam kandang pemeliharaan yang telah dikelompokkan berdasarkan ukuran besar tubuhnya.

Jangkrik muda siap dipanen
Jangkrik muda siap dipanen

Jangkrik-jangkrik tersebut dimasukkan ke dalam karung yang telah dilengkapi dengan seresah atau kertas bekas tempat telur ayam. Saat memegang jangkrik untuk dimasukkan ke dalam karung perlu juga dihitung jumlahnya agar menghemat waktu dan praktis. Jangkrik-jangkrik yang telah dimasukkan ke dalam karung siap dibawa ke pasar untuk dijual

Minggu, 22 Desember 2013

Peneluran dan Penetasan Jangkrik

Biasanya jangkrik dewasa akan segera kawin setelah umur 7 hari dan segera meletakkan telur. Setelah itu perlu disiapkan pasir steril yang telah disaring yang ditempatkan di dalam suatu wadah khusus dengan ketebalan pasir 2,5 cm

Pasir dapat disterilkan dengan cara dioven pada suhu 100 °C selama 60 menit atau secara sederhana yaitu, pasir direbus sampai air mendidih kemudian didiamkan sampai dingin dan pasir ditiriskan, baru setelah itu pasir tersebut digunakan sebagai media peneluran.

Pasir sebagai media peneluran di dalam wadah perlu dijaga kelembapannya dengan cara menyemprotkan air di atasnya dengan menggunakan sprayer. Pengamatan peneluran dilakukan pada jangkrik betina yang menusukkan ovipositomya ke dalam pasir.
 
Jangkrik Betina yang sedang bertelur pada media pasir
Jangkrik Betina yang sedang bertelur pada media pasir

Setelah itu, pengecekan telur dilakukan pada media pasir dengan cara sedikit mengoreknya untuk memastikan apakah telur telah diletakkan

Telur Jangkrik
Telur Jangkrik

PENETASAN TELUR
Penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah telur tidak perlu dipisahkan dengan pasir media peneluran. Cara tersebut sangat-praktis tidak perlu memanen telur dan tidak ada perlakuan khusus. Pasir yang telah diteluri dipisahkan dan dibiarkan pada kandang, atau menggunakan ember plastik berwarna hitam yang diberi lampu di atasnya

Ember tempat penetasan telur
Ember tempat penetasan telur

Kelembapan pasir harus tetap dijaga dengan cara menyemprotkan air secara berkala menggunakan sprayer. Setelah 5-6 hari telur-telur tersebut akan menetas dan ber­munculan anak-anak jangkrik dari dalam pasir. Kelemahan cara pertama ini adalah jumlah telur tidak bisa diketahui secara pasti jumlahnya.

Cara kedua adalah menetaskan telur dari hasil panen telur. Caranya adalah telur dalam kain putih diletakkan pada em­ber dan dijaga kelembapan kainnya dengan cara menyem­protkan air secara berkala menggunakan sprayer.
Telur-telur di dalam kain perlu dibuka dan diamati setiap hari untuk mengetahui apakah telur sudah ada yang menetas atau belum. Satu sendok teh telur jangkrik dalam kain berisi kurang lebih 2.000 butir telur.
Setelah 5-6 hari telur-telur tersebut akan menetas dan bermunculan anak-anak jangkrik pada kain putih yang basah. Kelebihan cara kedua adalah jumlah telur yang ditetaskan dapat diketahui jumlahnya sebelum ditetaskan

Sabtu, 21 Desember 2013

Pakan Alami dan Buatan untuk Ternak Jangkrik

Pakan alami jangkrik yang berupa sawi putih, sawi hijau, terung, gambas, kacang buncis, kacang tanah, kacang panjang, dan wortel juga harus disiapkan. Pakan tidak boleh mengandung pestisida, oleh karena itu harus dicuci bersih sebelum digunakan. Pakan jangkrik pada prinsipnya harus mengandung beberapa vitamin, mineral, karbohidrat, dan protein.

Pakan alami dan tempat peneluran jangkrik
Pakan alami dan tempat peneluran jangkrik

Selain pakan alami, di dalam kandang juga perlu dilengkapi dengan seresah atau kertas bekas tempat telur ayam sebagai tempat persembunyian, pasir halus tempat peneluran, dan pakan buatan untuk anak jangkrik

Pakan buatan diberikan khususnya pada jangkrik yang baru menetas atau yang masih berumur 1-20 hari. Pakan buatan berupa tepung campuran antara jagung, kedelai, dan kacang hijau dengan perbandingan 2:1:1. Pakan buatan ini adalah pakan yang secara sederhana dapat dibuat sendiri dengan mudah. Cara membuatnya:
  • Jagung, kedelai, dan kacang hijau digoreng tanpa minyak selama 15 menit dengan nyala api kecil atau disesuaikan agar tidak gosong.
  • Kemudian didinginkan pada suhu kamar.
  • Selanjutnya, ditumbuk hingga halus dan dicampur dengan susu bubuk untuk bayi sebanyak dua sendok makan untuk setiap 250 gram tepung.
  • Pakan buatan siap diberikan pada anak jangkrik.

Selain pakan buatan, pakan alami harus tetap diberikan. Ketika jangkrik berumur 21-40 hari maka perlu ditambahkan minyak ikan dengan cara dua butir minyak ikan dilarutkan dalam air dan disemprotkan pada daun sawi hijau dengan menggunakan sprayer, penyemprotan diusahakan tidak terlalu basah.
Tambahan pakan alami berupa kecambah kacang hijau sangat baik diberikan pada jangkrik setelah umur 40 hari. Hal tersebut bertujuan untuk menambah kemampuan bereproduksi dan pembentukan sistem kekebalan tubuh.

Menurut penelitian yang seksama, sebenarnya telah ditemukan resep pakan jangkrik yang ideal yang terdiri atas campuran kasein, aphacel, dextrose, garam campuran, dan kolesterol yang ditambah dengan vitamin B campuran, E, dan K1. Adapun perbandingan antar bahan pakan tersebut adalah seperti yang tertera pada tabel berikut.

Komposisi pakan buatan untuk jangkrik
Komposisi pakan buatan untuk jangkrik

Komposisi pakan pada tabel tersebut perlu ditambah dengan vitamin-B campuran (10 ml), vitamin E (1 ml), dan vitamin K1 (ml). Garam campuran terdiri atas NaCI (105 g), KCI (120 g), KH2PO4(310 g), CaHPO4 (148,3 g), CaCo3 (210 g), MgSO4 (90,5 g), FePO4.4H2O (14,7 g), MnSO4.H2O (0,23 g), ZnCO3 (0,55 g), dan CuSO4 (0,72 g).

Vitamin B-campuran terdiri atas Thiamin HCI (1,2 mg), Riboflavin (1,8 mg), Nicotinic acid (10 mg), Pyridoxine HCI (1,6 mg), Ca panthothenate (4 mg), Choline chloride (100 mg), Inositol (200 mg), p-Amino-benzoic acid (5 ml), Folic acid (0,5 mg), dan Biotin (0,06 mg).

Cara membuat pakan tersebut adalah sebagai berikut:
  • Letakkan kasein, dextrose, dan garam pada mortar dan campurlah hingga merata.
  • Tambahkan vitamin b-campuran dan aduk hingga merata.
  • Campuran bahan yang ada di mortar dipindahkan ke atas kertas saring, letakkan tersebar di atas kertas dan biarkan sampai mengering (biasanya selama 2 jam). Kalau sudah kering, masukkan lagi pada mortar dan gerus hingga homogen. Tambahkan alphacel dan aduk.
  • Tambahkan chloroform, vitamin E, dan vitamin K1 selanjutnya aduk hingga merata.
  • Pindahkan lagi campuran bahan yang ada di mortar ke atas kertas saring, letakkan tersebar di atas ker­tas dan biarkan sampai chloroformnya habis menguap (biasanya selama 2 jam).
  • Pakan siap diberikan pada jangkrik. Apabila kelebihan, pakan dapat disimpan dengan cara memasukkan pakan pada wadah dan simpan di refrigerator pada suhu 5 °C. Sewaktu-waktu membutuhkan pakan tinggal mengambilnya dari dalam refrigerator.

Di pasaran internasional, sudah dijual pakan buatan un­tuk jangkrik, salah satu contoh adalah produk pakan buatan untuk jangkrik yang diproduksi oleh superfoods

Pakan buatan tersebut mengandung nutrisi, mineral, protein, dan vitamin yang seimbang untuk jangkrik. Menurut iklannya, kalau menggunakan pakan tersebut maka tidak perlu lagi memberikan tambahan pakan lain

Pemilihan dan Perawatan Jangkrik

Sebaiknya jangkrik yang diusahakan sebagai indukan adalah jangkrik jantan dan betina umur 10-20 hari yang berukuran besar, yaitu panjang tubuhnya > 3 cm, alat tubuhnya lengkap (tidak cacat), lincah dan sehat, dan jangkrik jantan selalu mengengkrik.

Calon induk jangkrik yang baik adalah jangkrik-jangkrik yang berasal dari tangkapan di alam bebas karena jangkrik tersebut memiliki beberapa keunggulan:
  • Ketahanan tubuhnya sangat baik.
  • Kemampuan reproduksi tinggi.
  • Agresif.
  • Menghindari terjadinya degenerasi pada jangkrik-jangkrik yang diternakkan.

Perbandingan ideal antara jangkrik jantan dan betina di dalam kandang adalah 1 : 5. Hal tersebut bertujuan agar ada keseimbangan antara jumlah jangkrik jantan dan betina di dalam kandang yang akan mengoptimalkan jumlah telur yang diletakkan. Seekor induk betina jangkrik pada tempat penangkaran dapat memproduksi telur kurang lebih 600 butir dengan daya tetas 90%.

Pemilihan dan Perawatan Jangkrik

Perawatan anak jangkrik
Anak-anak jangkrik yang baru menetas akan segera menyebar di dalam ember. Lampu yang dipakai tidak perlu terlalu besar, biasanya ukuran 5 watt, yang penting suhu udara di dalam ember diusahakan stabil karena anak jang­krik mudah mati oleh pengaruh lingkungan yang tidak sta­bil.

Anak jangkrik perlu diberi pakan buatan berupa tepung jagung, kedelai, dan kacang hijau (cara pembuatan tepung telah dibahas sebelumnya) dan juga pakan alami berupa jagung muda dan kecambah kacang hijau serta sawi hijau dan buncis. Pakan yang diberikan pada prinsipnya adalah pakan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Pemberian pakan di dalam ember harus disesuaikan jumlahnya agar tidak banyak tersisa dan perlu diganti setiap hari.

Sanitasi lingkungan di dalam ember sangat dibutuhkan, oleh karena itu harus dijaga kebersihannya, terutama kalau ada jangkrik yang mati harus segera dibuang dan dibersihkan tempatnya untuk menghindari penularan penyakit apabila jangkrik yang mati tersebut terserang patogen penyebab penyakit. Pemeliharaan anak jangkrik mulai menetas sampai umur 17 hari dilakukan di dalam ember dengan tujuan agar pertumbuhan anak jangkrik merata karena bentuk em­ber membulat dan tidak terlalu luas, sehingga setiap jenis pakan mudah ditemukan oleh anak jangkrik.

Perawatan jangkrik muda
Setelah jangkrik berumur 17 hari, perlu dipindahkan dari ember ke dalam kandang penangkaran yang terbuat dari kayu tripleks. Penempatan pakan di dalam kandang juga harus merata agar jangkrik mudah mendapatkan se­tiap jenis pakan yang disediakan. Di dalam kandang perlu juga ditambahkan pakan alami yang harganya murah, yaitu daun singkong, ubi kayu, ubi jalar, dan krokot.

Pemberian pakan sebaiknya diganti setiap dua hari sekali dengan jenis pakan yang berbeda-beda. Pergantian pakan sebaiknya dilakukan pada sore hari menjelang malam, hal tersebut disesuaikan dengan perilaku jangkrik yang aktif pada sore menjelang malam hingga malam hari. Pakan jang­krik harus dijaga agar tidak sampai berjamur karena apabila berjamur akan menjadi tempat yang baik bagi patogen penyebab penyakit untuk tumbuh dan berkembang-biak.

Kondisi di dalam kandang harus lembap tetapi tidak basah, karena kandang yang basah tidak baik bagi kehidupan jang­krik. Jumlah pakan di dalam kandang harus selalu cukup tersedia agar tidak terjadi saling bunuh antar anak jangkrik. Apabila ditemukan jangkrik yang sakit maka harus segera diambil dan dibuang sementara tempat bekas jangkrik sak­it tersebut harus segera dibersihkan. Setelah jangkrik berumur 35 hari maka perlu dilakukan pengelompokan ukuran dan pemilihan bibit sebagai indukan jika diperlukan.

Kamis, 19 Desember 2013

Lokasi dan Pembuatan Kandang Untuk Ternak Jangkrik

Beternak jangkrik sebaiknya dilakukan di daerah yang cukup tenang, sirkulasi udaranya baik, teduh, dan tidak terkena sinar matahari langsung yang berlebihan. Daerah yang jauh dari sumber kebisingan dan polusi tinggi, akan sangat baik digunakan sebagai tempat beternak jangkrik.

Pembuatan kandang
Perlu disiapkan kandang pembiakan jangkrik yang terbuat dari kotak kayu sengon atau tripleks. Bentuk kandang adalah empat persegi panjang dengan panjang 100 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 35 cm. Pada dua sisi persegi panjang kandang harus diberi ventilasi ukuran 50 x 7 cm yang ditutup dengan kawat kasa untuk menjaga aerasi di dalam kandang.

Kandang Jangkrik Tunggal
Kandang Jangkrik Tunggal
Bagian atas sisi dalam kandang perlu ditempeli lakban plastik untuk menghalau jangkrik merambat ke luar saat tutup kandang dibuka, sedangkan bagian kaki-kaki kandang diberi oli yang ditempatkan pada wadah plastik untuk menghalau semut masuk ke dalam kandang
Kandang tersebut sebaiknya pada bagian dalam diolesi dengan lumpur sawah yang tidak mengandung pestisida kimia, hal tersebut bertujuan untuk memberikan tempat yang nyaman bagi jangkrik sesuai dengan habitatnya di alam. Khusus kandang yang terbuat dari kayu tripleks, pengolesan tanah sawah sangat mutlak dibutuhkan karena tripleks yang baru umumnya masih mengandung bau zat kimia.
Bila memungkinkan, kandang jangkrik dapat ditumpuk tiga tingkat ke atas untuk efisiensi tempat pemeliharaan

Kandang Jangkrik Bersusun Tiga
Kandang Jangkrik Bersusun Tiga

Keadaan di dalam kandang diusahakan selalu gelap karena jangkrik lebih menyukai tempat yang tidak banyak cahaya. Hal tersebut sesuai dengan kebiasaan jangkrik yang bersifat nocturnal, yaitu aktif di malam hari

Rabu, 18 Desember 2013

Perilaku dan Siklus hidup Jangkrik

Jangkrik termasuk golongan serangga. Klasifikasi jangkrik secara lengkap adalah sebagai berikut.
 
Klasifikasi Jangkrik
Klasifikasi Jangkrik

SIKLUS HIDUP
Jangkrik termasuk serangga dengan metamorfosis tidak sempurna. Fase metamorfosis jangkrik meliputi fase telur, nimfa (pradewasa; "telendho" = bahasa Jawa), dan imago (dewasa).

Siklus hidup jangkrik betina adalah > 3 bulan, sedangkan jangkrik jantan kurang < 3 bulan. Telur jangkrik akan menetas pada umur ± 13 hari, umur nimfa adalah ± 1,5 bulan, dan umur jangkrik dewasa adalah ± 1,5 bulan. Nimfa jangkrik akan berganti kulit sebanyak 6-8 kali selama masa pertumbuhannya. Setelah nimfa ganti kulit yang terakhir akan menjadi jangkrik dewasa, jangkrik dewasa akan mulai kawin setelah umur 3-4 hari.

Peternak jangkrik telur membutuhkan waktu ± 2 - 4 minggu untuk produksi telur, sedangkan untuk produksi jangkrik muda (telendho) dibutuhkan waktu ± 2 bulan.

PERILAKU
1. Pacaran
Jangkrik jantan dapat menghasilkan suara dalam berbagai ritme dan tinggi-rendah nada. Perbedaan ritme dan tinggi-rendahnya nada pada suara jangkrik jantan didasarkan pada tujuan yang diinginkan. Jangkrik jantan akan mengeluarkan suara dengan ritme panjang dan nada tinggi bila digunakan untuk menarik betina yang berada di kejauhan, setelah betina mendekat maka jangkrik jantan akan mengeluarkan suara yang lebih kuat dengan interval antar suara lebih pendek. Jangkrik betina akan lebih tertarik pada jantan yang agresif dan mengeluarkan suara paling keras.

2. Kawin
Jangkrik jantan akan segera mendekati betina yang mendekat dan antenanya akan menyentuh kepala betina untuk merayu. Kombinasi antara suara dan sentuhan antena jangkrik jantan membuat jangkrik betina naik ke atas tubuh jantan. Agresivitas ini terjadi sangat kuat dan terjadilah proses kawin.

Saat kawin jangkrik betina berada di atas jangkrik jan­tan, perilaku ini berbeda dengan kebanyakan serangga pada umumnya. Proses kawin terjadi bila penis (aedeagus) jang­krik jantan masuk ke dalam vagina jangkrik betina dan ter­jadi transfer sperma dari jantan ke betina yang ditampung di dalam kantung sperma (spermatheca). Jangkrik betina mampu menyimpan sperma pada tubuhnya selama dua minggu saja, oleh karena itu betina perlu kawin lagi dengan sang jantan setiap dua minggu sekali guna menghasilkan telur.

3. Peletakan telur
Jangkrik betina menyimpan ratusan telur di dalam tubuhnya dan tidak akan dikeluarkan sebelum seminal receptaclenya terisi sperma dari kantung sperma. Setelah seminal receptaclenya terisi sperma maka masing-masing telur yang ada di dalam tubuh betina akan segera terfertilisasi pada saat yang bersamaan dan terpacu bergerak menuju ovipositor yang berupa tabung panjang seperti tombak.
Ovipositor ini akan ditusukkan ke dalam pasir yang lembap sembari mengeluarkan telur pada ujungnya. Telur-telur yang diletakkan di dalam pasir posisinya berkelompok dan berjajar

Jenis-Jenis Jangkrik

Jenis jangkrik di dunia kurang lebih mencapai 2.000 jenis dan di Indonesia berjumlah ratusan jenis. Di antara jenis-jenis jangkrik tersebut yang umum dikenal masyarakat Indonesia, yaitu:

1. Gangsir (Brachytrypes portentosus)
Gangsir berukuran sangat besar dan berwarna hitam, warna hitam terdapat pada seluruh bagian tubuhnya. Tubuh gangsir jantan terlihat kokoh tetapi lamban bergerak dibandingkan dengan jeliteng, bunyinya nyaring tetapi tidak mantap, tidak terlalu gesit, tidak terlalu berani dan mudah stres serta cepat mati. Menurut beberapa peternak burung berkicau, gangsir tidak baik untuk pakan burung karena tubuhnya mengandung zat yang memabukkan, oleh karena itu gangsir tidak diminati orang untuk diternakkan

Gangsir Betina
Gangsir 

2. Jeliteng (Grylfus bimaculatus)
Jeliteng berukuran besar dan berwarna hitam legam agak mengkilat. Jeliteng jantan berwarna hitam pada seluruh bagian tubuhnya kecuali pangkal sayap depan ber­warna kuning sedangkan betinanya juga didominasi warna hitam tetapi kaki-kakinya berwarna kuning kecokelat-cokelatan dan warna kuning juga tampak pada pangkal dan pinggir sayap depan. Tubuh jeliteng jantan sangat kokoh, bunyinya nyaring dan mantap, gesit serta pemberani. Jeliteng jantan biasanya banyak diminati orang untuk dipelihara karena bunyinya yang sangat nyaring atau digunakan untuk jangkrik aduan. Jeliteng betina tubuhnya halus dan suka terbang di malam hari, kalau sedang musim kawin biasanya mendatangi lampu yang menyala di rumah-rumah

Jeliteng Betina
Jeliteng

3. Jerabang (Gryllus domesticus)
Jerabang berukuran sama besarnya dengan jeliteng tetapi warna tubuhnya merah bata dan juga agak mengkilat. Tubuh jerabang jantan sedikit kokoh, bunyinya juga nyaring tetapi agak ampang, dan tidak terlalu gesit dan kurang berani jika dibandingkan dengan jeliteng. Jerabang juga banyak diminati orang untuk dipelihara karena pemeliharaannya lebih mudah dibandingkan dengan jenis jeliteng

Jerabang Jantan dan Betina
Jerabang
4. Jangkrik upa (Gryllodes sigillatus)
Jangkrik upa berukuran kecil berwarna abu-abu dan putih pucat. Tubuh jangkrik upa agak pipih dan terlihat tidak kokoh. Jangkrik ini biasa tinggal di rumah, terutama di sela-sela batu bata yang berada di dapur dekat tungku. Ketika malam hari jangkrik upa juga bersenandung dengan suara yang halus. Makanannya adalah sisa-sisa makanan manusia termasuk butiran nasi ("upa"= bahasa Jawa), oleh karena itu disebut sebagai jangkrik upa. Jang­krik upa sangat mudah diternakkan tetapi tidak banyak diminati karena ukuran tubuhnya kecil dan bentuknya tidak menarik serta kurang cocok untuk pakan burung berkicau karena mengeluarkan bau yang tidak sedap

Jangkrik upa jantan dan betina
Jangkrik upa

5. Bering (Telegrylfus mitratus)
Bering berukuran sedang dan berwarna hitam agak buram. Bering jantan berwarna hitam pada seluruh bagian tubuhnya, sedangkan betinanya juga didominasi warna hitam tetapi kaki-kakinya berwarna kuning pucat.

Bering Jantan dan Betina
Bering
Tubuh bering jantan terlihat tidak kokoh, bunyinya agak pelan, gesit serta tidak suka berkelahi, Bering sangat banyak ditemui di daerah perladangan. Jenis ini juga seringkali diminati oleh peternak jangkrik pemula karena pemeliharaannya jauh lebih mudah dibandingkan dengan jeliteng maupun jerabang. Bering juga suka terbang di malam hari, kalau sedang musim kawin biasanya mendatangi lampu yang menyala di rumah-rumah

Selasa, 17 Desember 2013

Manfaat dan Potensi Ternak Jangkrik

MANFAAT TERNAK JANGKRIK
Pakan hewan piaraan
Jeliteng, jerabang, dan bering telah banyak dimanfaatkan sebagai pakan utama maupun pakan tambahan burung berkicau, seperti poksay, kacer, hwambie dan juga pakan ikan arwana, louhan, lele, dan jenis Crustacea seperti udang dan lobster. Di Amerika Serikat dan Kanada, jangkrik digunakan sebagai pa­kan pada kegiatan rearing hewan vertebrata pemakan serangga dalam rangka penelitian dan konservasi alam. Vertebrata pemakan serangga tersebut adalah hedgehogs, golden moles, "true" moles, "true" shrews, moonrat, gymnures, solenodons, dan tenrecs.

Pengganti tepung
Kandungan protein yang tinggi pada jangkrik hasil ternak dapat diolah menjadi tepung, setelah menjadi tepung banyak di­gunakan sebagai bahan dasar dalam berbagai pemanfaatan. Beberapa perusahaan di luar negeri misalnya, telah menggunakan tepung jangkrik sebagai campuran obat-obatan.

Bahan kosmetik
Hasil penelitian tentang kandungan nutrisi dan senyawa bermanfaat dalam tubuh jangkrik telah membawa pengetahuan tentang pemanfaatan jangkrik dalam bidang kosmetik. Beberapa perusahaan kosmetik moderen terkemuka di luar negeri telah menggunakan jangkrik sebagai bahan dasar kosmetik tertentu yang bernilai tinggi.

Hewan uji
Jangkrik digunakan sebagai hewan uji yang sangat penting pada penelitian toksikologi dan fisiologi serangga di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Kanada, Pakistan, India, Vietnam, dan juga di Indonesia

Manfaat dan Potensi Ternak Jangkrik


POTENSI TERNAK JANGKRIK
jangkrik membutuhkan suhu optimal antara 28 - 35 °C dengan kelembapan relatif 70-80 %, hal ini sangat sesuai dengan keadaan iklim di Indonesia. Hal-hal lain yang mendukung beternak jangkrik adalah:
  • Tidak membutuhkan tempat yang terlalu luas.
  • Pemeliharaannya relatif mudah.
  • Pakannya murah dan banyak tersedia.
  • Pemasarannya mudah.
  • Keuntungan yang diperoleh relatif besar.
  • Dapat digunakan sebagai kerja sambilan.
Beternak jangkrik dapat dilakukan oleh siapa saja, bahkan dapat dijadikan hobi yang mengasyikkan sekaligus menambah pendapatan. Beternak jangkrik dapat dilakukan oleh seorang wirausahawan, pelajar, pegawai, dan para pensiunan.

Potensi Pasar
Kebutuhan jangkrik sangat tinggi seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan serta perubahan gaya hidup. Pemanfaatan jangkrik sebagai pakan hewan piaraan, hewan ternak, bahan obat-obatan, dan bahan kosmetik telah menyediakan peluang bagi peternak jangkrik untuk dapat terus berkembang.

Pemasaran jangkrik, baik pada skala rumah tangga maupun skala usaha menengah, sangat mudah karena hampir setiap pasar burung memerlukan jangkrik. Harga jangkrik cukup baik, bervariasi mulai harga Rp 35,00 - 40,00 per ekor; khusus untuk jeliteng jantan harganya dapat mencapai Rp 500,00 per ekor.
Pada jumlah besar, penjualan jangkrik dapat dikelola bersama dalam bentuk koperasi yang menjalin kerjasama dengan para pedagang pakan ternak dan industri kosmetik serta obat-obatan di Indonesia
Pada skala ekspor, harga jangkrik berkisar antara Rp 1.000,00 per ekor untuk Singapura dan Rp 1.800,00 per ekor untuk Amerika.

Selain diproduksi dalam bentuk jangkrik, dapat juga diproduksi dalam bentuk telur karena permintaan telur jangkrik untuk peternak lain juga cukup besar.
Memerhatikan kegunaan jangkrik yang cukup variatif dan permintaan pasar yang besar, dapat dikatakan bahwa masih terbuka lebar peluang usaha beternak jangkrik di Indonesia

Senin, 16 Desember 2013

Sejarah dan Morfologi Jangkrik

Jangkrik termasuk hewan purba yang masih ada hingga saat ini. Setidaknya jangkrik telah ada di bumi sejak 48 juta tahun yang lalu, dibuktikan dengan ditemukannya fosil jangkrik yang terperangkap pada getah pohon di Kolombia.

A. SEJARAH
Di negara Cina, jangkrik telah lama disadari keberadaannya sebagai penghasil suara. Pada zaman sebelum Dinasti Tang tahun 500 sebelum Masehi sampai 618 Masehi, masyarakat Cina telah mengagumi suara jangkrik. Pada zaman tersebut juga ditemukan lukisan jangkrik, lukisan tersebut diperkirakan dibuat pada tahun 300 sebelum Masehi.

Selama masa pemerintahan Dinasti Tang pada tahun 618-906 Masehi, sebagian masyarakat Cina mulai melihara jangkrik dewasa dalam wadah yang terbuat dari bambu, untuk dinikmati suaranya. Pada zaman tersebut juga ditemukan puisi yang menceritakan tentang suara jangkrik.

Sejak saat itu muncullah kepercayaan bahwa jangkrik pembawa keberuntungan dalam berbisnis, sehingga hampir semua orang memelihara jangkrik dalam wadah bambu. Pada tahun 960-1278 Masehi di bawah pemerintahan Dinasti Song, kegiatan adu jangkrik merupakan olahraga yang sangat populer dan ba­nyak digemari.

Di beberapa tempat di Indonesia, sejak dahulu kafa suara jangkrik jeliteng dan jerabang dipercaya mampu mengusir tikus sedangkan suara jangkrik bering dipercaya mampu menarik ular. Kegiatan beternak jangkrik di Indonesia mulai disadari seiring dengan banyak bermunculannya para penghobi burung berkicau, ikan hias, produsen kosmetik, dan para peneliti dalam bidang toksikologi dan fisiologi serangga yang semuanya itu membutuhkan pasokan jangkrik hidup dalam jumlah yang sangat ba­nyak

B. MORFOLOGI
Tubuh jangkrik mempunyai rangka luar dari bahan kitin yang disebut eksoskeleton. Jangkrik bersayap dua pasang, sepasang sayap depan dan sepasang sayap belakang, namun ada juga jenis jangkrik yang tidak bersayap, meskipun demikian jangkrik yang diternakkan pada umumnya mempunyai sayap jika telah dewasa (imago). Sayap depan diistilahkan dengan nama tegmina, yaitu sayap yang berbentuk seperti kertas perkamen dengan venasi atau alur-alur pembuluh darah yang sangat kompleks pada sayap. Tubuh jangkrik dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu caput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut).

Pada kepala jangkrik terdapat sepasang antena, mata majemuk, mata oseli, labrum (bibir atas), labium (bibir bawah), mandibula (gigi), dan alat tambahan lain yang berfungsi sebagai lidah yaitu palpus maksilaris dan palpus labialis. Di dalam kepala jangkrik terdapat otak yang terdiri atas otak depan, otak tengah, dan otak belakang dengan fungsi masing-masing yang berbeda, namun semuanya berkaitan dengan sistem indera dan hormon yang ada pada tubuh jangkrik.

Antena digunakan sebagai sensor rasa dan bau (chemoreceptor), mata majemuk digunakan sebagai sensor cahaya (chromoreceptor) untuk melihat bentuk dan warna, sedangkan mata tunggal digunakan untuk membedakan intensitas cahaya.

Bagian toraks terdapat alat-alat gerak yang berupa dua pasang sayap, tiga pasang kaki, dan terdapat pronotum yang keras, menutup bagian dorsal hingga lateral toraks.

Sayap depan (tegmina) jangkrik jantan berbentuk gelombang, yaitu permukaannya tidak rata dapat memproduksi suara dengan cara menggesekkan antar sayap depan tersebut.
 
Sayap Depan Jangkrik Jantan
Sayap Depan Jangkrik Jantan
Suara yang diproduksi digunakan sebagai alat komunikasi antar jangkrik (auditory organ), mekanisme penghasil suara pada serangga yang digunakan sebagai sarana komunikasi disebut dengan istilah striduiatory mechanism.

Jangkrik jantan memproduksi suara untuk berbagai kepentingan, diantaranya adalah untuk:
  • Menandai wilayah teritorialnya.
  • Bersenandung untuk mencari pasangan (mencari betina).
  • Menunjukkan jika sedang marah dan siap berkelahi.
Masing-masing suara dalam berbagai kepentingan tersebut mempunyai panjang suara dan intonasi yang berbeda.

Sayap depan (tegmina) jangkrik betina relatif lebih rata dengan venasi yang teratur nyaris tidak bergelombang, sehingga jangkrik betina tidak dapat menghasilkan suara
 
Sayap Depan Jangkrik Betina
Sayap Depan Jangkrik Betina
Sayap belakang jangkrik berupa membran halus yang pada kondisi istirahat terlipat secara rapih di bawah sayap depan dan akan terbentang lebar ketika digunakan untuk terbang. Selain sayap, organ lokomotor/penggerak pada jangkrik adalah kaki. Kaki jangkrik seperti kaki serangga pada umumnya yaitu terdiri atas koksa, trokanter, femur, tibia, dan tarsus.

Tympanum jangkrik terletak pada bagian posterior basal tibia kaki depan (Gambar 6). Tympanum adalah membran yang berfungsi sebagai telinga yang mampu menerima rangsang suara. Oleh karena itu tibia kaki depan jangkrik betina berperan dalam keberhasilan proses perkawinan.
 
Kaki depan jangkrik
Kaki depan jangkrik
Kaki depan jangkrik selain berfungsi untuk telinga juga di­gunakan untuk berjalan, demikian juga dengan kaki tengahnya. Kaki belakangnya selain digunakan untuk berjalan juga berfung­si untuk melompat, baik untuk mengawali penerbangan maupun untuk mencapai tempat lain dalam jarak yang cukup jauh. Tipe kaki untuk melompat ini disebut dengan istilah saltatohal.

Abdomen merupakan bagian tubuh yang memuat alat pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Abdomen jangkrik terdiri atas 9 ruas. Bagian dorsal dan ventral mengalami sklerotisasi sedangkan bagian yang menghubungkannya berupa membran. Bagian dorsal yang mengeras disebut terga sedangkan bagian ventral yang mengeras disebut sterna dan membran yang menghubungkan antara terga dan sterna disebut pleura

Alat penceranaan jangkrik terdiri atas usus depan untuk peng-hancuran makanan, usus tengah untuk penyerapan sari makanan, dan usus belakang untuk pengeluaran sisa-sisa makanan.
 
Ovipositor - organ untuk meletakkan telur pada jangkrik
Ovipositor - organ untuk meletakkan telur pada jangkrik
Alat reproduksi pada jangkrik jantan adalah aedeagus dan pada jangkrik betina adalah ovipositor. Aedeagus pada jangkrik jantan tidak terlihat karena berada di dalam tubuh, sedangkan ovipositor pada jangkrik betina terlihat jelas seperti bentuk jarum yang ujungnya seperti tombak dan berfungsi untuk meletakkan telur.

Selasa, 24 September 2013

Cara Budidaya Bawang Merah

Memperhatikan laju pertambahan penduduk yang begitu cepat, sedangkan produksi bawang merah boleh dikatakan tidak banyak berubah, maka jelas bahwa produksi bawang ini harus ditingkatkan untuk mencukupi kebutuhan yang meningkat. Salah satu cara yaitu dengan cara budidaya bawang merah. Namun untuk membudidayakan tumbuhan bawang merah ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan. Hal-hal tersebut akan Pak HaBe share ke temen-temen semua secara gamblang biar sobat gak salah langkah nantinya dalam memulai pembudidayaan tumbuhan bawang merah ini.
bawang merah


A. Pengolahan Tanah dan Pembibitan
Untuk penjelasan ini sudah Pak HaBe bahas di postingan sebelumnya, sobat bisa lansung meluncur ke “Pembibitan dan Pengolahan Tanah Pada Budidaya Tanaman Bawang Merah

B. Penanaman
Setelah tanah selesai disiapkan untuk ditanami. yakni telah diberi pupuk kandang dan dihaluskan, penanaman dapat dilakukan. Umbi yang akan ditanam ujungnya dipotong sepanjang 1/3 bagian. Penanaman dilakukan pada jarak 10 x 20 cm atau 20 x 20 cm bergantung kepada ukuran bibit dan tempat bertanam. Di dataran tinggi biasa ditanam dengan jarak tanam jarang, sedangkan di dataran rendah ditanam denganjarak tanam rapat. Mula-mula lubangkecil dibuat dengan tugal kemudian umbi diletakkan dalam lubang dengan bagian ujung yang telah dipotong di atas dan tepat rata dengan permukaan tanah, selanjutnya umbi ditutup tanah tipis. Penutupan umbi jangan terlalu tebal, karena dapat menyebabkan umbi tumbuh lambat dan terganggu. Setelah umbi selesai ditanam, lebih baik disiram air supaya keadaan tanahnya menjadi lembab.


C. Pemupukan
Di samping pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha, harus diberikan pula pupuk buatan. Pupuk kandang ini mempunyai fungsi sebagai berikut:
  1. Menyuburkan tanah dan membuat struktur tanah bergumpal (remah) hingga tanah tidak padat.
  2. Mengikat air, apabila kekurangan air (musim kemarau) dan melepaskan air apabila kelebihan (musim hujan).
  3. Mendorong mikro organisme yang berguna dalam tanah lebih aktif bekerja.
Oleh karena itu untuk tanah yang telah subur dan tanah gambut, pemberian pupuk kandang tidak sangat diperlukan. Namun pupuk buatan perlu diberi supaya umbinya besar dan kuat. Adapun pupuk buatan berupa 100 - 120 kg N, 150 kg P2O5 dan 100 kg K2O per ha diberikan sekaligus pada umur 2 minggu setelah tanam, kecuali pupuk N diberikan dua kali. Pemupukan berikutnya saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam. Pada tanah yang bersifat asam (pH di bawah 5) perlu ditambahkan kapur tohor 2-4 ton/ha atau batu kapur yang telah dihaluskan, supaya umbinya menjadi besar. Pupuk N dapat mendorong pembentukan umbi menjadi besar, tapi dapat pula menyebabkan pembusukan umbi.

D. Pengairan
Di luar negeri pengairan (irigasi) pada tanaman bawang merah / Bombay biasa dilakukan, tetapi di Indonesia terjadi hal sebaliknya, karena sering ditanam di tegalan atan lahan kering. Pengairan dapat meningkatkan produksi, tetapi apabila berlebihan dapat menyebabkan pembusukan umbi hingga 13,18% dibandingkan dengan nonirigasi hanya 6,6% (CELESTINO, 1961). Oleh karena itu pengairan hanya diberikan selama pertumbuhan pertanaman dan pembentukan umbi. Setelah umbi besar mendekati tua, pengairan tidak boleh diberikan lagi. Di Indonesia, pada umumnya bawang merah ditanam pada musim kemarau (bulan Mei/Juni - Agustus/September), hingga diperlukan pemberian air. Pemberian air yang diberikan secara menggenang kurang menguntungkan bagi pertanaman bawang merah, karena dapat menyebabkan kondisi tanah menjadi padat. Pemberian air dengan emrat (gembor) atau "Sprinkler" lebih dianjurkan. Pemberian air pada pagi / siang hari kurang menguntungkan bila dibandingkan dengan sore hari, karena banyak penguapan dan sedikit yang dihisap oleh tanaman bawang.

E. Penyiangan atau Pendangiran
Sebagaimana tanaman lain, tanaman bawang merah perlu didangir. Pendangiran ini dimaksudkan untuk:
  1. Menggemburkan tanah dan membetulkan bedengan yang telah rusak akibat pengairan atau curah hujan.
  2. Membersihkan rumput jahat, seperti teki, alang-alang, dan sebagainya.
Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati supaya akar tanaman tidak rusak. Biasanya dilakukan dua kali selama pertumbuhannya, yakni 2 - 4 minggu dan 4 - 6 minggu setelah tanam bergantung keadaan. Sambil mendangir biasanya dilakukan pemupukan pupuk buatan yang kedua (pupuk susulan).

F. Pemungutan Hasil
Pemungutan (panen) hasil umbi bawang dilakukan setelah tanaman roboh, yakni 60-90% leher batang lemas, kira-kira berumur 60-90 hari tergantung kepada varietas, tempat bertanam dan kebutuhan.
Di dataran tinggi (suhu 15-21° C) pada umumnya umur bawang lebih panjang, karena pembentukan umbi terlambat. akan tetapi di dataran rendah (suhu 25-30° C) pada umumnya umur bawang lebih pendek, karena umbinya cepat terbentuk. Dalam hal ini hasil kali antara panjang hari dan suhu, yakni hari panjang x suhu rendah atau hari pendek x suhu tinggi, merupakan faktor yang tetap dalam merangsang pembentukan umbi bawang. Untuk keperluan konsumsi biasanya umbi dipanen muda, yakni sewaktu daunnya masih hijau atau 60-70% batangnya lemas, akan tetapi untuk keperluan bibit umumnya umbi dipanen tua (80-90% batangnya temas). Umbi yang dipanen muda akan cepat menjadi keropos dalam penyimpanan, karena cepat terjadi penguapan hingga timbangan berat umbi (bobot) cepat menurun.

Panen hendaknya dilakukan pada saat keadaan tanahnya kering (tidak basah) untuk mencegah serangan penyakit busuk umbi berlendir yang disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora dalam gudang penyimpanan. Caranya ialah umbi dicabut pada batang yang masih ada. Apabila sukar karena tanahnya padat (keras), dapat dibantu dengan kored atau alat lainnya.

Kemudian umbi dibiarkan beberapa jam di atas bedengan dan selanjutnya umbi diikat pada batangnya menjadi ontongan. Tiap ikat beratnya berkisar antara 2 - 5 kg umbi bergantung keinginan petani sendiri. Setelah itu umbi yang telah diikat-ikat diangkut ke tempat penjemuran supaya kering. Pemanenan dan pengangkutannya harus diiakukan dengan hati-hati supaya umbi tidak rusak atau luka.

G. Penyimpanan dan Pengeringan
Untuk pembahasan materi ini bisa dilihat di postingan kemarin sobat “Proses Pengeringan dan Penyimpanan Budidaya Bawang Merah

H. Penyakit dan Hama
Sama juga nih sobat, sudah dibahas di postingan sebelumnya, langsung saja meluncur ke “Hama dan Penyakit Pada Tanaman Bawang Merah
 
Itulah sobat keseluruhan cara budidaya tanaman/tumbuhan bawang merah yang saat ini harga dipasaran lagi baik-baiknya, dan diprediksi untuk beberapa tahun ke depan harga akan semakin membaik. Jadi yang ragu-ragu untuk budidaya tanaman bawang merah ini langsung segera hilangkan dari pikiran. Take action dan segera mulailah untuk berwirausaha ;)

Hama dan Penyakit Pada Tanaman Bawang Merah

Pak HaBe akan diuraikan beberapa jenis hama dan penyakit yang sangat penting yang sering menyerang tanaman bawang merah di kawasan Indonesia.
hama dan penyakit pada bawang merah


HAMA
1. Ulat tanah atau ulat pemotong
Hama ini disebabkan oleh ulat Agrotis ipsilon HFN. Ulat ini berwarna hitam atau coklat bergantung makanannya. la dapat rusak tanaman muda dengan jalan memotong bagian pangkal batangnya. Penyerangan terjadi pada sore hari antara pukul 17.00-19.00, dan bersembunyi di dalam tanah di sekitar tanaman.

2. Hama putih atau hama bodas
Hama putih pada bawang merah ini disebabkan oleh sejenis gurem halus yang disebut Thrips tabaci Lind. Cara penyerangannya dengan jalan menggaruk dan menghisap cairan sel daun bawang tersebut. Gejala yang ditimbulkan daunnya mula-mula bernoda putih mengkilat seperti perak kemudian menjadi kecoklatan dengan bintik hitam.
Pencegahan serangan hama putih ini dengan jalan menjaga kebersihan kebun dan daerah lahan di sekitarnya dari rumput-rumputan, alang-alang dan tanaman pengganggu sejenisnya.

3. Ulat daun atau ulat bawang
Pada bawang ulat ini merusak daunnya. Telur kupu-kupu yang baru menetas segera menggiggit daunnya yang masih muda, kemudian larva tersebut masuk ke dalam daun bawang yang berbentuk pipa dan makan dari dalam. Akibatnya daun bawang berluban. Dari luar dapat diketahui dengan melihat gejala yang ditimbulkan pada daun tersebut, yakni jaringan daun menjadi bening (transparant) dan kotoran yang terdapat pada tepi daun.
 
PENYAKIT
Dalam bercocok tanam bawang merah telah dikemukakan beberapa penyakit yang biasa dihadapi oleh petani bawang di Indonesia. Di sini akan dikupas lagi beberapa penyakit penting yang berbahaya pada tanaman bawang.

1. Penyakit cekik atau "dumping off"
Penyakit ini sering menyerang tanaman muda yang ditanam dari biji sewaktu masih dipersemaian. Cendawan ini menyerang bagian tanaman di bawah tanah sampai leher batang (bagian di permukaan tanah), hingga akar dan leher batang busuk dan mengering. Kemudian tanaman akan layu mendadak tanpa memberikan gejala menguoing pada daunnya. Penyakit ini dapat ditularkan melalui biji. Pencegahannya adalah dengan memberikan perlakuan pada bijinya sebelum ditanam.

2. Penyakit mati pucuk
Penyakit ini mula-mula menyerang ujung daun hingga warnanya menguning, kemudian sel-selnya mati dan mengering. Selanjutnya gejala menjalar ke bawah sampai ± 15 cm. Bagian daun yang kering ini akhimya terkulai ke bawah sambil membentuk pilin. Penyakit ini disebarkan melalui udara, dan bersembunyi dalam tanah. Serangan dapat timbul setiap saat ketika tanaman mulai berumur 1/2 bulan.

3. Penyakit Trotot atau Downy Mildew atau Embun Upas
Penyakit ini dapat menyerang secara sistemis atau lokal dan disebarluaskan melalui udara. Tanaman yang terserang akan merana dan daunnya akan menjadi pucat serta menguning. Bila udara lembab daun yang terserang akan menunjukkan gejala bintik-bintik berwarna ungu. Bila udara kering akan menunjukkan bintik-bintik putih sedemikian rupa, sehingga daun tersebut bintik-bintik besar. Serangan ini akan timbul pada kelembaban udara yang tinggi dan suhu yang dingin, yakni antara 4-25°C.

Pada musim kemarau yang malamnya dingin dan lembab penyakit akan menyerang hebat. Pada musim hujan, serangan penyakit ini dapat menyebabkan kegagalan bagi seluruh tanaman. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemanasan kering (dry heating) dengan suhu 41°C selama lebih dari 4 jam pada umbi-umbi bibit yang diduga mengandung penyakit embun tersebut

4. Penyakit Noda Ungu
Penyakit ini menyerang daun, tangkai bunga dan umbi bawang. Penyakit ini menyerang tanaman bawang melalui luka atau mulut kulit. dan memberikan gejala bintik lingkaran konsentris wama ungu pada pusatnya yang melebar menjadi semakin tipis dan akhirnya berwarna abu-abu pada daerah sekitarnya. Bagian yang rusak ini umumnya membentuk cekungan. Diduga penyebaran penyakit ini melalui umbi bibit dan percikan air dari dalam tanah. Gejalanya sering timbul bersama-sama dengan penyakit embun upas. Penyakit ini sulit diberantas, tetapi pada bawang merah lebih tahan daripada bawang Bombay, sehingga penyakit ini jarang ditemukan pada tanaman bawang merah.

Senin, 23 September 2013

Proses Pengeringan dan Penyimpanan Budidaya Bawang Merah

Dalam budidaya tanaman bawang merah proses pengeringan dan penyimpanan adalah hal penting yang harus dilalui, berikut Pak HaBe paparkan pembahasan untuk kedua proses tersebut:

pengeringan bawang merah

Pengeringan
Penjemuran umbi bawang merah dimaksudkan untuk menghilangkan air yang terkandung dalam kulit luar dan leher batang (bagian ujung umbi) supaya kering sedemikian rupa sehingga tidak menarik air keluar dari bagian dalam umbi itu sendiri. Dengan demikian umbi tidak akan banyak kehilangan bobotnya dan tidak akan mengerut (keropos) serta sedikit sekali kemungkinannya akan terserang penyakit busuk umbi selama penyimpanan, hingga dapat disimpan lama.

Di samping penjemuran sebetulnya masih ada suatu proses yang disebut pengeringan (curing) yang bertujuan untuk membantu perkembangan warna kulit bawang tersebut supaya mengkilat dan menarik, yakni dengan membentangkan umbi bawang pada suhu tinggi pada waktu tertentu. Akan tetapi karena pengeringan ini merupakan proses lanjutan yang dimulai sebelum umbi bawang kering benar, maka kedua proses itu sering disatukan menjadi istilah pengeringan (THOMP­SON et al.). Untuk mudahnya Pak HaBe akan digunakan dengan istilah yang telah umum ialah pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua (2) cara yaitu:
  1. Pengeringan tradisional (field curing); dan
  2. Pengeringan buatan (artificial curing).
Pengeringan tradisional dilakukan dengan menjemur umbi bavvang yang telah diikat (diontongi) di bawah sinar matahari pada alas anyaman bambu (gedeg). Biasanya penjemuran ini berjalan antara 1-2 minggu bergantung keadaan cuaca pada waktu penjemuran. Awal penjemuran umbinya di bawah dan daunnya di atas, kemudian setelah hampir kering posisinya dibalik umbinya di atas dan daunnya di bawah, supaya warnanya menjadi baik. Setelah umbi mencapai kadar air antara 80-85% baru disimpan di gudang.

Pengeringan secara buatan dapat dilakukan dengan panas dari kompor atau energi surya seperti yang dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Waktu dan suhu yang dianjurkan untuk pengeringan umbi bawang Bombay di luar negeri secara buatan berkisar antara 16 jam (pada suhu 46°C) sampai 14 - 17 hari (pada suhu 16 - 27°C) dengan kelembaban udara relatif 70-80% (THOMPSON et al.). Pengcringan secara tradisional memang lebih murah. akan tetapi pada musim hujan penjemuran dengan cara ini sulit dilakukan dan lama keringnya, hingga warnanya tidak menarik (kualitas rendah).

Penyimpanan
Pada umumnya petani menyimpan bawang merah yang telah kering dengan jalan menggantungkan umbi-umbi tersebut di atas tungku di dapur tempat menanak nasi, supaya mendapatkan asap udara kering. Dengan cara ini umbi bawang dapat disimpan sampai 6 bulan tanpa mengalami serangan penyakit busuk umbi. Tetapi menurut hasil penelitian Laboratorium Lembaga Penelitian Hortikultura di Jogyakarta, bawang merah itu dapat disimpan secara gantungan di dalam ruang terbuka pada suhu 26 - 29°C dengan kelembaban udara relatif 70 - 80% (HORTIKULTURA, 1982).

Di luar negeri penyimpanan bawang Bombay yang terbaik ialah pada suhu 0°C dengan kelembaban udara relatif ± 65% (tempat kering). Pada suhu 10-15°C umbi bawang akan cepat tumbuh (bertunas), yang berarti masa istirahat umbi akan menjadi pendek dan bertunasnya akan lebih cepat apabila keadaan ruang penyimpanan tersebut lembab. Sedangkan pada suhu 0°C dan 30°C umbi lambat bertunasnya. Proses penyimpanan umbi bawang ini perlu mendapat perhatian supaya:
  1. Tidak banyak kehilangan bobot;
  2. Tidak terserang penyakit busuk umbi;
  3. Tidak cepat bertunas/tumbuh.
Dalam hal ini cara pengeringan sangat berpengaruh terhadap proses fisiologis dalam gudang. Umbi yang dikeringkan secara tradisional setelah disimpan 3 bulan dalam gudang akan kehilangan bobot sampai 15%, sedangkan yang dikeringkan secara buatan kehilangan bobotnya hanya 13%. Kehilangan bobot semakin tinggi dan cepat apabila umbi dipungut masih muda, yakni daunnya masih hijau dan belum melemas.

Umbi yang luka dapat melakukan penguapan (transpirasi) secara cepat hingga kehilangan bobot dan mudah terjangkit penyakit busuk umbi dalam gudang. Oleh karena itu supaya umbi tahan lama disimpan dalam gudang, harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya ialah:
  1. Umbi dipungut cukup tua.
  2. Umbi tidak boleh terluka (cacad).
  3. Umbi cukup kering (kadar air 80%).
  4. Suhu ruang penyimpanan antara 25 - 30°C dengan kelembaban udara 70 - 80%.
  5. Sirkulasi udara (aerasi) dalam gudang cukup baik.

Nah sekarang sudah tau kan sobat proses pengeringan dan penyimpanan untuk budidaya tanaman bawang merah. Hal-hal di atas harus sobat perhatikan benar-benar supaya hasil budidayanya nanti sukses besar, hehe :)

Sabtu, 21 September 2013

Pembibitan dan Pengolahan Tanah Pada Budidaya Tanaman Bawang Merah

Pengolahan tanah perlu mendapat perhatian, karena banyak tanaman bawang merah gagal sebagai akibat pengolahan tanah yang kurang baik. Pengolahan tanah mempunyai tujuan:
  1. Menggemburkan tanah, hingga tanah mempunyai struktur bergumpal.
  2. Membuang rumput jahat, seperti alang-alang, teki, mimosa dan lain-lain.
  3. Membuang gas beracun yang terjadi karena kegiatan mikroba dalam tanah.
  4. Membuat pembuangan air (drainage) yang baik.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada waktu yang tepat (tidak ada hujan) 2-4 minggu sebelum tanam. Pada awal musim kemarau, keadaan tanahnya mulai kering dan keras, tanah diolah dengan traktor atau pacul/bajak. Pengolahan tanah dilakukan agak dalam sehingga terbentuk bongkahan-bongkahan. Bongkahan tanah ini diatur rapi membentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, dan selokan dengan lebar 20-40 cm. Setelah olahan tanah dibiarkan kering benar, kemudian disiram air sedikit dan tanah bedengan diratakan. Setelah tanah diratakan, yakni ± 1 minggu sebelum tanam, diberikan pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 10 ton per hektar. Selanjutnya 1 hari sebelum tanam tanah bedengan dibasahi (disiram air secukupnya) dan hari berikutnya bibit dapat ditanam. Pembahasan bedengan tanah yang kurang cukup dapat menyebabkan pembusukan bibit yang baru ditanam.

Pada tanah yang berat seperti tanah alluvial, pengolahan tanah pada waktu tanah masih basah akan sulit dikerjakan (lengket) dan menghasilkan struktur tanah yang kurang menggumpal. Oleh karena itu sebaiknya pengolahan tanah dikerjakan pada waktu tanah mulai kering. Namun pada tanah ringan seperti tanah andosol/tanah berpasir, pengolahan tanah dapat dikerjakan setiap saat.
Pembibitan dan Pengolahan Tanah Pada Budidaya Tanaman Bawang Merah


Di daerah lahan yang tanahnya berat dan sering banjir seperti di daerah Brebes, Tegal dan sebagainya, pengolahan tanah dilakukan dalam bentuk surjan dengan selokan dalam (lebar selokan 40 era dan dalam selokan 50 cm). Pembuatan surjan-surjan dengan selokan dalam pada bawang merah tidak lain untuk menciptakan:
  1. Kondisi tanah menjadi bergumpal (remah), karena gumpalan tanah olahan mengalami pengeringan.
  2. Drainage cepat, karena bedengan surjan tidak terlalu lebar, sedangkan selokannya dalam (pada musim hujan).

Tetapi pembuatan selokan yang terlalu dalam (lebih dari 0,5 meter) merupakan pemborosan. Selokan yang dalam dari bedengan surjan ini mempunyai 3 fungsi penting yaitu sebagai berikut:
  1. Sebagai tempat penampungan air yang dapat digunakan untuk pengairan apabila musim kemarau.
  2. Memberikan uap air yang teratur, hingga dapat menimbulkan kondisi lingkungan (mikroklimat) yang sejuk pada tanaman bawang merah di sekitamya.
  3. Merupakan alat pembuangan air (drainage) pada musim hujan atau kelebihan air.
Akan tetapi pada daerah lahan gambut, yakni tanah yang dipenuhi bahan organik yang berasal dari sisa-sisa pembusukan tumbuhan, pengolahan tidak boleh dikerjakan secara intensif, apalagi disertai pembongkaran karena akan menyebabkan kerusakan tanah akibat terjadinya penguraian bahan organik yang terlalu cepat. Pada daerah seperti ini pengolahan tanah jangan terlalu dalam. Sebaliknya pada tanah berat, pengolahan tanah yang terlalu dangkal, terutama apabila pengolahan tanah dengan traktor, akan menyebabkan terjadinya lapisan keras di bawah bajak traktor, hingga mengakibatkan air tanah menjadi tergenang (tidak porus). Dengan kejadian seperti ini tanaman bawang akan kerdil tumbuhnya dan rendah hasilnya. Oleh sebab itu pembajakan tanah harus dalam (lebih dari 30 cm). Keadaan air tanah yang menggenang dapat menyebabkan hal-hal berikut.
  1. Keadaan aerasi kurang baik, akibatnya tanaman kerdil.
  2. Beberapa penyakit tanah mudah menyerang akar (leher batang) tanaman bawang.
 
Bibit
Bibit merupakan pangkal dari keberhasilan tanaman. Bibit yang jelek, berkeriput, terlalu kecil, terlalu lemah akan sulit menghasilkan umbi yang diharapkan. Bawang merah diperbanyak dengan biji dan umbi, tetapi pada umumnya sampai saat ini diperbanyak dengan umbi.
Umbi yang dapat digunakan untuk bibit harus memiliki persyaratan sebagai berikut.
  1. Ukuran besar umbi 2,5-7,5 gram yakni kelas I 2,5-5 gram dan kelas II 5-7,5 gram.
  2. Telah mempunyai umur yang cukup tua di kebun (65-100 hari), tergantung juga pada varietas dan tinggi tempat bertanam.
  3. Tidak bercampur dengan varietas lain (murni).
  4. Sehat, tidak mengandung bibit penyakit dan hama. Ini berarti bibit dipungut dari tanaman bawang merah yang sehat dan cukup tua.
  5. Tidak cacat, luka atau sobek.
  6. Telah mengalami penyimpanan antara 2-3 bulan tergantung varietasnya dan tempat penyimpanannya, yang penting bibit telah mulai tumbuh, yakni apabila ujung umbi dipotong akan tampak tunasnya yang berwarna hijau.
Pada bawang Bombay, ukuran umbi bibit lebih besar, yaitu antara 10-20 gram. Sehari sebelum umbi ditanam, ujungnya dipotong sepanjang 1/3 bagian.
Pemotongan ujung umbi ini penting untuk mendorong:
  1. Umbi tumbuh merata.
  2. Banyak anakan dan daun yang terbentuk.
  3. Umbi cepat tumbuh, karena ujung umbi bersifat menghambat pertumbuhan (memperpendek masa istirahat umbi)
Bila umbi bibit terlalu besar, atau persediaan bibit tidak mencukupi, umbi tersebut dapat dibelah. Pembelahan harus dilakukan sedemikian rupa, hingga tiap belahan disertai dasar cakramnya (discus) dengan arah membujur. Tiap umbi dapat dibelah menjadi 2-4 bagian. Akan tetapi bibit belahan ini akan menghasilkan umbi yang lebih sedikit, hingga produksi lebih rendah dari pada bibit utuh.

Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah

Ada 2 hal yang harus diperhatikan untuk memulai budidaya tanaman bawang merah sobat, diantaranya adalah faktor tanah dan iklim. Berikut penjelasan untuk masing-masing biar sobat gak penasaran :D
Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah


Tanah
Tanaman bawang merah biasanya lebih bisa tumbuh pada tanah yang gembur, subur,  dan banyak mengandung bahan-bahan berjenis organik seperti tanah lempung berdebu atau lempung berpasir. Yang terpenting jenis tanah tersebut harus mempunyai struktur bergumpal dan keadaan air tanahnya tidak menggenang (stagnasi). Oleh karena itu pada daerah lahan yang sering tergenang atau daerah lahan yang becek harus dibuat saluran pembuangan air (drainage) yang baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,5. Dalam beberapa pustaka lain dikatakan bahwa pH tanah yang baik untuk tanaman bawang Bombay antara 6-7.

Pada pH tanah yang asam (kurang dari 5,5) garam Aluminium (Al) yang terlarut dalam tanah akan bersifat racun, hingga tumbuhnya bawang tersebut akan kerdil. Sedangkan tanah basis (pH lebih tinggi dari 6,5) garam Mangan (Mn) tidak dapat diserap (digunakan) oleh tanaman bawang, hingga umbinya kecil dan hasilnya rendah. Pada tanah gambut (pHnya lebih rendah dari 4) memerlukan pangapuran terlebih dahulu supaya umbinya besar.


Iklim
Pada umumnya tanaman bawang merah tidak tahan terhadap curah hujan yang lebat. Oleh karena itu lebih baik diusahakan pada musim kemarau, asalkan ada pengairan. Tanaman tidak senang pada daerah yang berkabut dan yang berangin kencang atau taifun, tetapi lebih senang terhadap tiupan angin sepoi-sepoi. Di daerah Cirebon dan sekitarnya tanaman bawang menjadi lebih baik, karena adanya tiupan angin kumbang yang bersifat sepoi-sepoi yang datang dari gunung. Pada musim hujan atau daerah yang berkabut, tanaman akan mengalami serangan penyakit yang berat.

Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah antara 25-32° C dengan iklim kering. Hal ini hanya didapat di daerah dataran rendah. Tetapi untuk bawang Bombay suhu udara yang baik adalah antara 18-20°C, yakni di dataran tinggi lebih dari 800 meter di atas permukaan laut dengan iklim lembab (kelembaban udara relatif 80-90%). Walaupun demikian bawang merah dapat ditanam di dataran tinggi dan sebaliknya bawang Bombay dapat ditanam di dataran rendah, hanya hasil umbinya lebih kecil. Di dataran tinggi umur tanaman bawang merah menjadi lebih panjang antara 0,5 - 1 bulan.

Tanaman bawang merah lebih menghendaki daerah yang terbuka, dengan penyinaran ± 70%. Apabila terlindung umbinya kecil. Sebetulnya bawang merah dan bawang Bombay termasuk ke dalam golongan yang pembentukan umbinya membutuhkan penyinaran hari panjang (lebih dari 14 jam sehari). Akan tetapi, ia toleran terhadap hari netral dengan panjang penyinaran 12 jam, walaupun hasil umbinya lebih rendah daripada ditanam di daerah yang berhari panjang.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting